Menu
Info Pesantren
Kamis, 22 Mei 2025
  • Putra: Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 223 - Gempeng - Telp. +62741932 | Putri: Jl. Pattimura No. 185 - Pogar - Telp. +62742891 | email: pesantrenpersisbangil@gmail.com | Bangil | Pasuruan | 67153 | Jawa Timur
  • Putra: Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 223 - Gempeng - Telp. +62741932 | Putri: Jl. Pattimura No. 185 - Pogar - Telp. +62742891 | email: pesantrenpersisbangil@gmail.com | Bangil | Pasuruan | 67153 | Jawa Timur

BOLEHKAH PENSIUN DARI DAKWAH?

Terbit : Senin, 1 Mei 2023

oleh: aunur rafiq saleh

  • Di dunia kerja dikenal istilah pensiun dari kerja. Umumnya di usia 55 – 60 tahun. Alasannya karena di usia tersebut sudah tidak produktif lagi untuk bekerja.
  • Dunia dakwah tidak sama dengan dunia kerja. Di dunia dakwah justru tidak dikenal istilah pensiun. Bahkan Nabi Nuh as berdakwah sampai usia 950 tahun.
  • Di dalam ajaran Islam, usia tua sangat menentukan. Sabda Nabi saw:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal perbuatan itu dihitung dengan penutupannya.”. (Musnad Ahmad 21768)

  • Menutup usia di saat masih aktif berdakwah menjadi tanda husnul khatimah. Karena dakwah merupakan amal dan aktivitas terbaik bagi seorang Muslim. Firman Allah:

وَمَنْ  اَحْسَنُ  قَوْلًا  مِّمَّنْ  دَعَاۤ  اِلَى  اللّٰهِ  وَعَمِلَ  صَا لِحًا  وَّقَا لَ  اِنَّنِيْ  مِنَ  الْمُسْلِمِيْنَ

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (QS. Fussilat: 33)

  • Allah tidak memberi ijin pensiun dari dakwah bagi mereka yang sudah diantarkan ke jalan dakwah, agar mereka mendapat husnul khatimah sebagaimana para Nabi dan Rasul-Nya. Bila mereka memensiunkan diri dari dakwah maka dianggap sebagai orang yang mengingkari nikmat Allah. Karena itu hukumannya sangat berat.
  • Berikut ini renungan singkat tentang fenomena pensiun dari dakwah. Semoga bermanfaat.
  • Orang pensiunan, dalam bahasa Arab disebut mutaqo’id/ متقاعد. Orang yang sebelumnya bekerja kemudian berhenti bekerja. Kata asalnya qo’ada/ قعد yakni duduk. Kata bendanya qu’ud قعود.
  • Diantara arti قعد adalah: Duduk setelah sebelumnya berdiri. Atau meninggalkan sesuatu. Atau tidak mau aktif melakukan sesuatu. Fenomena ini bila terjadi di dunia dakwah disebut penyakit qu’ud/ قعود.
  • Di dalam al-Quran, orang yang tidak mau aktif berdakwah dan berjuang menegakkan ajaran Islam disebut dengan “قاعدون ” (orang-orang yang duduk berpangku tangan). Firman Allah:

قَا لُوْا  يٰمُوْسٰۤى  اِنَّا  لَنْ  نَّدْخُلَهَاۤ  اَبَدًا  مَّا  دَا مُوْا  فِيْهَا  فَا ذْهَبْ  اَنْتَ  وَرَبُّكَ  فَقَا تِلَاۤ  اِنَّا  هٰهُنَا  قَا عِدُوْنَ

“Mereka berkata, Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap duduk (menanti) di sini saja.” (QS. Al-Ma’idah: 24)

  • Sebagian Bani Israil yang menyebut diri sebagai qo’idun ( قاعدون) adalah mereka yang tetap duduk dan enggan ikut berjuang di saat saudara-saudara mereka aktif berjuang bersama Nabi Musa as.
  • Al-Quran mencela sikap dan tindakan ini dalam sebagian ayat yang lain dan menjadikannya sebagai salah satu karakter orang-orang munafik. Firman Allah:

اَلَّذِيْنَ  قَا لُوْا  لِاِ خْوَا نِهِمْ  وَقَعَدُوْا  لَوْ  اَطَا عُوْنَا  مَا  قُتِلُوْا  ۗ قُلْ  فَا دْرَءُوْا  عَنْ  اَنْفُسِكُمُ  الْمَوْتَ  اِنْ كُنْتُمْ  صٰدِقِيْنَ

“(Mereka itu adalah) orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh. Katakanlah, Cegahlah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang yang benar.” (QS. Ali ‘Imran: 168)

  • Di ayat yang lain Allah menyebut sikap dan tindakan duduk bermalas-malasan tidak mau aktif berjuang atau berdakwah ini sebagai tindakan mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah:

وَ  جَآءَ  الْمُعَذِّرُوْنَ  مِنَ  الْاَ عْرَا بِ  لِيُؤْذَنَ  لَهُمْ  وَقَعَدَ  الَّذِيْنَ  كَذَبُوا  اللّٰهَ  وَرَسُوْلَهٗ  ۗ سَيُصِيْبُ  الَّذِيْنَ  كَفَرُوْا  مِنْهُمْ  عَذَا بٌ  اَ  لِيْمٌ

“Dan di antara orang-orang Arab Badui datang (kepada Nabi) mengemukakan alasan, agar diberi izin (untuk tidak pergi berperang), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 90)

  • Ada beberapa fenomena atau bentuk qu’ud (قعود ) ini, diantaranya: Seorang dai meninggalkan dakwah dengan senyap tanpa berisik (muntaber: mundur tanpa berita), sekalipun tetap istiqamah secara pribadi. Umumnya fenomena ini tidak banyak.
  • Fenomena lainnya, berhenti berdakwah disertai dengan menyerang saudara-saudaranya yang aktif memperjuangkan agama Allah.
  • Ada juga yang berhenti berdakwah lalu berusaha menggagalkan perjuangan dakwah dengan berbagai cara dan di berbagai forum.
  • Berbagai fenomena tersebut muncul sebagai akibat dari penyakit قعود yang ada di dalam dirinya. Penyakit ini umumnya memunculkan penyakit-penyakit lain yang sangat berbahaya dan jarang disadari pelakunya. Firman Allah:

فِيْ  قُلُوْبِهِمْ  مَّرَضٌ  ۙ فَزَا دَهُمُ  اللّٰهُ  مَرَضًا  ۚ وَلَهُمْ  عَذَا بٌ  اَلِيْمٌ  ۙ بِۢمَا  كَا نُوْا  يَكْذِبُوْنَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)

  • Fenomena tersebut muncul bisa jadi semacam hukuman Allah karena mereka mengingkari nikmat yang telah dikaruniakan kepada mereka. Yaitu berupa nikmat telah diantarkan Allah menjadi dai yang berjuang menegakkan agama Allah lalu mengundurkan diri darinya. Disamping telah dijadikan sebagai pewaris perjuangan para Nabi dan Rasul Allah:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris pada nabi”. (Sunan Tirmidzi 2606)

  • Para pewaris perjuangan para Nabi tidak kenal kata pensiun dari dakwah sebagaimana para Nabi dan Rasul tidak pernah mengenalnya. Semuanya menunaikan tugas dakwah hingga nafas terakhir dan wafat di medan perjuangan dakwah.
  • Tampaknya Allah tidak memberi waktu “pensiun” dari dakwah. Tidak ada pensiun dalam dakwah selagi masih mampu melakukannya. Ini bisa kita fahami dari sebab turunnya ayat berikut:

وَاَ نْفِقُوْا  فِيْ  سَبِيْلِ  اللّٰهِ  وَلَا  تُلْقُوْا  بِاَ يْدِيْكُمْ  اِلَى  التَّهْلُكَةِ    ۛ   وَاَ حْسِنُوْا    ۛ   اِنَّ  اللّٰهَ  يُحِبُّ  الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)

عَنْ أَسْلَمَ أَبِي عِمْرَانَ التُّجِيبِيِّ قَالَ
كُنَّا بِمَدِينَةِ الرُّومِ فَأَخْرَجُوا إِلَيْنَا صَفًّا عَظِيمًا مِنْ الرُّومِ فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ مِنْ الْمُسْلِمِينَ مِثْلُهُمْ أَوْ أَكْثَرُ وَعَلَى أَهْلِ مِصْرَ عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ وَعَلَى الْجَمَاعَةِ فَضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ فَحَمَلَ رَجُلٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ عَلَى صَفِّ الرُّومِ حَتَّى دَخَلَ فِيهِمْ فَصَاحَ النَّاسُ وَقَالُوا سُبْحَانَ اللَّهِ يُلْقِي بِيَدَيْهِ إِلَى التَّهْلُكَةِ فَقَامَ أَبُو أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيُّ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَتَأَوَّلُونَ هَذِهِ الْآيَةَ هَذَا التَّأْوِيلَ وَإِنَّمَا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ فِينَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ لَمَّا أَعَزَّ اللَّهُ الْإِسْلَامَ وَكَثُرَ نَاصِرُوهُ فَقَالَ بَعْضُنَا لِبَعْضٍ سِرًّا دُونَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَمْوَالَنَا قَدْ ضَاعَتْ وَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعَزَّ الْإِسْلَامَ وَكَثُرَ نَاصِرُوهُ فَلَوْ أَقَمْنَا فِي أَمْوَالِنَا فَأَصْلَحْنَا مَا ضَاعَ مِنْهَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرُدُّ عَلَيْنَا مَا قُلْنَا
{ وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ }
فَكَانَتْ التَّهْلُكَةُ الْإِقَامَةَ عَلَى الْأَمْوَالِ وَإِصْلَاحِهَا وَتَرْكَنَا الْغَزْوَ فَمَا زَالَ أَبُو أَيُّوبَ شَاخِصًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى دُفِنَ بِأَرْضِ الرُّومِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

“Dari Aslam Abu Imran At-Tujibi ia berkata; Ketika kami berada di kota Romawi, orang-orang Romawi mengeluarkan pasukan dengan jumlah barisan yang sangat besar untuk menghadapi kami, maka keluarlah sebagaian dari kaum muslimin untuk melawan mereka seperti jumlah mereka atau lebih banyak, orang-orang dari Mesir dipimpin ‘Uqbah bin Amir, sedangkan semua pasukan dipimpin oleh Fadlalah bin ‘Ubaid. Kemudian seorang lelaki dari kaum muslimin keluar, dan menerobos ke barisan orang-orang Romawi, namun orang-orang berteriak dan mengatakan: “Subhanallah, dia telah menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan”. Maka bangkitlah Abu Ayyub Al-Anshari dan berkata; Wahai manusia, sesungguhnya kalian telah menakwilkan ayat ini seperti ini, tetapi ayat ini diturunkan kepada kami orang-orang Anshar. Ketika Allah memuliakan kami dengan Islam dan sudah banyak penolongnya, kemudian sebagian dari kami berbisik kepada yang lain tanpa diketahui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu; “Sesungguhnya harta-harta kita telah hilang dan sesungguhnya Allah telah memuliakan Islam dan sudah banyak penolongnya, bagaimana jika kita mengurusi harta kita dan memperbaiki yang hilang”, maka Allah menurunkan ayat kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai jawaban kepada kami atas apa yang telah kami katakan: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”. (QS Al-Baqarah: 195). “At-Tahlukah” dalam ayat ini berarti al-Iqamah (tinggal diam) untuk mengurusi harta dan memperbaikinya, kemudian kita meninggalkan perang. Abu Ayyub terus menerus maju bergerak berjihad di jalan Allah sampai ia dikebumikan di bumi Romawi. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih gharib. (Sunan Tirmidzi 2898)

  • Allah tidak mengijinkan orang-orang Anshar berhenti atau pensiun dari dakwah dengan alasan memperbaiki ekonomi. Karena dakwah tidak pernah menjadi penghambat kemajuan apa pun dalam kehidupan para da’i. Bahkan dakwah menjadi nilai tambah keberkahan bagi semua aktivitas dan kehidupan.
  • Berhenti atau pensiun dari dakwah, bagi mereka yang telah diantarkan Allah ke jalan dakwah, identik dengan mencampakkan diri ke dalam kebinasaan.
  • Semoga Allah menguatkan kita semua berada di jalan dakwah hingga nafas terakhir.

Artikel Lainnya

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar