Bangil – Pembaca budiman, pada tulisan kali ini kita akan memberikan suatu keterangan yang penting dalam dunia pendidikan. Berikut catatan tentang ‘Adab Ta’lim wal Muta’allim’.
Adab Ta’lim wal Muta’allim (adab pengajar dan pelajar) merupakan salah satu aspek terpenting dalam tradisi keilmuan Islam yang sangat dijaga oleh para ‘ulama salaf (ulama terdahulu). Para ulama salaf menekankan bahwa ilmu bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga proses tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan pembentukan karakter.
Berikut penjelasan adab ta’lim wal muta’allim sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama salaf, terutama oleh Imam Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim dan ulama lainnya:
Niat mencari ridha Allah, bukan karena ingin populer, mengalahkan orang lain, atau untuk dunia semata.
Ulama salaf berkata: “Barang siapa menuntut ilmu untuk selain Allah, maka ilmunya akan menjadi bencana baginya.”
Menghormati dan merendahkan diri di hadapan guru, baik dalam ucapan maupun sikap.
Tidak mendahului guru dalam berbicara, tidak menyela, dan tidak duduk dengan gaya yang sombong.
Imam Malik berkata: “Aku melihat Imam Syafi’i di majelisku seperti burung yang jinak di tangan.”
Menjaga ilmu dengan menghargai kitab, mencatat pelajaran, dan tidak meletakkannya sembarangan.
Tidak menyampaikan ilmu sebelum matang pemahamannya.
Mengamalkan ilmu agar diberkahi.
Saling menghormati dan menjaga ukhuwah.
Tidak iri atau merasa lebih unggul.
Saling tolong-menolong dalam memahami pelajaran.
5. Adab Dalam Belajar
Tawadhu’ (rendah hati) dan sabar.
Konsisten (mujahadah) dalam belajar meski sulit.
Menyusun waktu belajar, menjaga kebersihan, dan menjauhi maksiat (karena maksiat menghalangi ilmu).
Memulai dengan ilmu yang paling penting: tauhid, fikih, dan adab.
Memilih guru yang shalih, berilmu, dan beradab.
Tidak berpindah-pindah guru tanpa sebab yang jelas.
Ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah atas dirinya.
Ulama salaf berkata: “Ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah.”
Imam Ahmad bin Hanbal berjalan jauh untuk belajar hadits, bahkan beliau pernah belajar kepada muridnya sendiri karena keilmuannya.
Imam Syafi’i tidak pernah memakan sesuatu yang haram atau syubhat karena takut terhalang dari ilmu.
Tinggalkan Komentar