Menu
Info Pesantren
Sabtu, 22 Mar 2025
  • Putra: Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 223 - Gempeng - Telp. +62741932 | Putri: Jl. Pattimura No. 185 - Pogar - Telp. +62742891 | email: pesantrenpersisbangil@gmail.com | Bangil | Pasuruan | 67153 | Jawa Timur
  • Putra: Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 223 - Gempeng - Telp. +62741932 | Putri: Jl. Pattimura No. 185 - Pogar - Telp. +62742891 | email: pesantrenpersisbangil@gmail.com | Bangil | Pasuruan | 67153 | Jawa Timur

Sejarah Pesantren

 

SEJARAH RINGKAS
PESANTREN PERSIS BANGIL
PUTRA & PUTRI

 

Ramadhan 1406 – Mei 1986

 

 

 

MUQADDIMAH

PESANTREN “PERSIS” dan ORMAS “PERSIS”

PESANTREN “PERSIS” sekalipun secara langsung tidak ada hubungannya dengan Ormas “Persis” namun aspirasi pendiriannya hampir tidak dapat dipisahkan dengan organisasi itu sendiri.

Berdirinya Pesantren “Persis” juga disebabkan situasi ummat Islam pada waktu itu sudah banyak dikaburkan oleh pikiran-pikiran orientalis dengan faham sekulairnya, serta meluaskan bid’ah dan khurafat, baik yang timbulnya dari ummat Islam itu sendiri atau pengaruh dari luar. Apabila kita teliti dengan seksama, semua itu sangat memperbahayakan ummat Islam.

Untuk melawan dan mempertahankan diri dari bahaya sekulair, bid’ah dan khurafat, tidak ada jalan lain kecuali kita menyiapkan kader muballighin yang mampu menyiarkan, mengajar, membela dan mempertahankan kemurnian Islam pada al-Quran dan Hadits yang shahih sebagai sumber Agama.

*****

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PESANTREN “PERSIS

Pesantren Persatuan Islam “Persis” Bangil, merupakan kelanjutan dari Pesantren Persis yang pernah berdiri di Bandung. Dengan demikian sejarah berdirinya dapat disimpulkan sebagai berikut:
A.Pesantren Putra di Bandung
Pada tanggal 1 Dzhulhijjah 1354 (Maret 1936) bertempat di Masjid “Persatuan Islam” Bandung didirikan Pesantren Putra “Persatuan Islam” untuk pertama kalinya.
Di antara pengurus dan tenaga pengajarnya adalah:
1. Al-Ustadz A. Hassan (alm), sebagai kepala Pesantren dan guru,
2. Bapak M. Natsir, sebagai penasehat,
3. Bapak R. Abdulqadir, sebagai guru,
4. Al-Ustadz M. Ali Alhamidy (alm), sebagai guru.
Jumlah pelajarnya 40 orang yang berdatangan hampir dari seluruh pelosok tanah air dan juga dari Thailand.
B.Pesantren Kecil
Di samping Pesantren Putra tersebut di atas, didirikan juga khusus untuk anak-anak yang diberi nama “Pesantren Kecil”.
Jumlah muridnya pada waktu itu sebanyak 100 anak laki-laki dan wanita. Waktu belajarnya sore hari.
C.Pesantren Putra di Bangil
Pesantren Putra di Bandung pada awal bulan Maret 1940 dipindahkan ke Bangil. Hal ini disebabkan kepindahan sebagian besar para pengurusnya ke Bangil, di antaranya Ustadz A. Hassan (alm) dan Ustadz M. Ali Alhamidy (alm). Para pelajar yang belum menamatkan ketika di Bandung, sebagian besar ikut pindah ke Bangil dan ada tambahan juga beberapa pelajar dari beberapa daerah.
D.Pesantren Putri di Bangil
Pada bulan Pebruari 1941, didirikan Pesantren Putri yang pada waktu itu bernama Pesantren bagian Istri.
Jumlah siswanya hanya 12 orang, dan kebanyakan dari luar kota Bangil.
E.Pesantren ditutup
Pada bulan Desember 1941 ketika pecah perang Jepang Pesantren ditutup dan sebagian besar pelajarnya pulang ke daerahnya masing-masing.

PESANTREN DI MASA PENJAJAHAN JEPANG

Karena situasi politik di masa penjajahan Jepang, sebagian pelajar yang berasal dari luar pulau Jawa terpaksa tidak dapat pulang. Maka guna memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari Pesantren, dibuka kembali Pesantren Kecil (untuk anak-anak) sebagaimana di Bandung dulu, sebagai tempat mereka mengamalkan ilmunya.
Pesantren Kecil tersebut didirikan tahun 1943 dan pada tahun 1945 ditutup karena adanya kesulitan-kesulitan yang lazim terdapat di negara jajahan.

PESANTREN DI MASA REVOLUSI

Dari tahun 1945 sampai tahun 1950, belum ada kesempatan untuk menghidupkan kembali pesantren kita harapkan. Hal ini disebabkan kesibukan yang sama-sama kita alami, di samping terputusnya hubungan ketika itu dengan beberapa daerah Indonesia.

PESANTREN DIHIDUPKAN KEMBALI

Pada tanggal 11 Juni 1951 dibentuk Panitia yang bertugas menghidupkan kembali Pesantren yang pernah ditutup pada tahun 1941, sebagaimana telah diuraikan di atas.
Susunan Panitia tersebut adalah sebagai berikut:

Penasehat:1. M. Natsir
2. Muhammad bin Salim Nabhan (alm)
3. A. Hassan (alm)
Ketua Umum:Abdullah Nabhan
Wakil Ketua:Ahmad Bawazir (alm)
Sekretaris:Hadikaslar (alm)
Bendahara:Muhammad bin Salim Nabhan (alm)
Pembantu-pembantu:1. Abdurrahman al-Habsyi (alm)
2. Mulyosudarmo (alm)
3. Abdul Muin
4. H.M. Qamar (alm)
5. A. Bajuri (alm)
6. Nuruddin Karimy
7. Abdul Qadir Hassan (alm)
8. H. Ismail
9. A. Karim Attamimi (alm)

 

Pesantren Putra didirikan kembali
Pada tanggal 1 Muharram 1371/3 Oktober 1951 Pesantren Putra “Persis” didirikan kembali, yang merupakan hasil dari Panitia tersebut di atas.
Pesantren Putri dihidupkan kembali
Pada bulan September 1957, Pesantren Putri yang sudah pernah ada dihidupkan kembali dengan modal 12 murid yang terdiri dari para putri pengurus Pesantren sendiri.
Sesudah berjalan beberapa bulan, berdatangan beberapa pelajar dari luar kota Bangil. Ketika itu masih belum memiliki asrama dan tempat belajar yang khusus, masih berpindah-pindah dari rumah ke rumah.
Panitia Penyelenggara Pesantren Putri
Pada bulan Desember 1957 dibentuk sebuah Panitia dnegan nama Panitia Penyelenggara Pesantren Putri Bangil dengan tugas menyelenggarakan berdirinya asrama dan ruang blajar bagi Siswa Pesantren Putri.
Adapun susunan Panitianya sebagai berikut:

Ketua:Moh. Bejo
Sekretaris:Abdul Qadir Hassan (alm)
Bendahara:A. Hassan (alm)
Para Penasehat dan Pembantu diantaranya:M. Natsir

Kemudian pada tahun 1960 mulai dibangun komplex Pesantren Putri yang dilengkapi dnegan ruang kelas, asrama, mushalla, dll, di atas tanah seluas 70 X 100 meter, berikut 4000 kita Tafsir “al-Furqon” sebagai pendorong untuk pembangunan asrama tersebut.
Di antara faktor-faktor yang mendorong didirikannya Pesantren Putri ini, ialah untuk membentuk wanita Muslim yang berkepribadian sesuai dengan apa-apa yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an dan Hadits.

TUJUAN DIDIRIKAN PESANTREN “PERSIS”

Sebagaimana dijelaskan dalam muqaddimah, bahwa didirikannya Pesantren ini didorong oleh rasa tanggung jawab terhadap timbulnya faham sekuler, bid’ah dan khurafat yang jelas bertetangan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadits.
Maka Pesantren “Persis” Bangil didirikan dengan bertujuan: “Membentuk kader Muballig yang sanggup diketegorikan di masyarakat guna memberantas setiap faham, bid’ah dan khurafat yang bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits Shahih, dengan mengembalikan ummat kepada sumber Agama yang asli yaitu al-Qur’an dan Hadits Shahih dengan prinsip: Hablum minallah wa hablum minannas”.

SISTIMATIKA PENDIDIKAN

Untuk mencapai tujuan yang tersebut di atas, sistem pendidikan di Pesantren dapat ditempuh dengan metode sebagai berikut:

1.Menanamkan ruhul jihad dan ijtihad kepada setiap pelajar.
2.Meyakinkan kepada setiap pelajar, bahwa Qur’an dan Hadits adalah dasar agama Islam yang bersifat abadi dan tidak dapat ditawar. Setiap penyimpangan dari keduanya dimurkai oleh Allah swt.
3.Menanamkan jiwa korektif terhadap setiap faham yang tidak berlandaskan nash Qur’an ataupun Hadits.
4.Mempraktekkan/tath-biq qaidah-qaidah Ushul-Fiqh ketika mengajar Tafsir dan Hadits (Fiqh)
5.Memberikan kebebasan kepada setiap pelajar untuk bertanya, membantah dan berdialog dengan guru, sepanjang batas-batas kesopanan Islam.

 

PROSENTASE PELAJARAN AGAMA DAN UMUM

Pada prinsipnya pelajaran Agama lebih banyak dari pelajaran umum, dengan ditempuh secara bertahap menurut jenjang kelas.
Ditingkat Tsanawiyah (kelas I s/d III) pelajaran Agama 65%, pelajaran umum 35%, sedangkan di tingkat ‘Aliyah (kelas IV s/d VI) pelajaran Agama 75%, pelajaran umum 25%, dengan menitip beratkan ilmu-ilmu sosial.

JENJANG PENDIDIKAN DI PESANTREN

Pada mulanya Pesantren Persis tidak memiliki jenjang, pendidikan dilakukan secara angkatan yang masing-masing memakan waktu selama 5 tahun. Setelah menamatkan pelajarannya selama 5 tahun, baru menerima pelajar lagi.
Tetapi sering juga terjadi menerima pelajar sebelum angkatan sebelumnya menamatkan pendidikannya. Sistem tersebut berlaku sampai tahun 1387/1967, dengan perincian sebagai berikut:
a. Angkatan I di Bandung tahun 1936
b. Angkatan II di Bangil tahun 1951
c. Angkatan III di Bangil tahun 1956
d. Angkatan IV di Bangil tahun 1957
e. Angkatan V di Bangil tahun 1962
f. Angkatan VI di Bangil tahun 1963

Sejak tahun 1968, sistem angkatan dirobah menjadi klassikal. Sedang bagi Pesantren Putri dari sejak didirikan sudah menggunakan sistem klassikal.

MASA PENDIDIKAN DI PESANTREN

Sampai dengan tahun ajaran 1974/1975 masa pendidikan di Pesantren Putra 5 tahun, dan sejak tahun ajaran 1975/1976 dirobah menjadi 6 tahun.
Adapun Pesantren Putri dari 1957 s/d 1968 ditetapkan masa pendidikannya 5 tahun, dan sejak tahun ajaran 1968/1969 dirobah menjadi 6 tahun.
Hal ini ditempuh karena masa pendidikan 5 tahun dirasa masih belum cukup untuk mencapai target.
Syahadah/Ijazah yang dikeluarkan oleh Pesantren setingkat dengan Ijazah ‘Aliyah.

LETAK KOMPLEK PESANTREN

Komplek Pesantren Putra dan Putri terletak di daerah yang terpisah, masing-masing terletak di ujung kota Bangil.
Bagian Putra berada di sebelah Timur di Jl. Kusuma Bangsa 223, sedang bagian Putri terletak di sebelah Barat di Jl. Pembangunan 185.

KEUANGAN PESANTREN

Keuangan Pesantren diperoleh dari:
1. Uang bayaran bulanan dari murid.
2. Zakat/Shadaqah/Infaq.
3. Sumbangan yang halal dan tidak mengikat.

PERSYARATAN MASUK PESANTREN

Untuk diterima sebagai pelajar Pesantren, harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Muslim, tamat SD/Sederajat dengan bukti STTB dari sekolah yang bersngkutan.
2. Dapat membaca dan menulis huruf al-Qur’an.
3. Belum kawin.
4. Berbadan sehat dan tidak berpenyakit menular.
5. Bersedia tinggal di asrama dan mentaati semua peraturan Pesantren.
6. Membayar uang berlengkapan dan uang bulanan (sekolah, makan, dll)

Tahun ajaran di Pesantren menggunakan tahun Hijriyah, jadi penerimaan murid baru tiap-tiap tanggal 16 Syawwal.

KAPASITAS PENERIMAAN MURID

Karena asrama Pesantren sangat terbatas, maka kemampuan penerimaan murid terbatas juga.
Untuk Pesantren Putra mampu menampung paling banyak 200 murid, sedangkan Pesantren Putri mampu menampung paling banyak 350 murid.
Kami juga berusaha untuk menambah kamar-kamar, tetapi masih belum terlaksana karena kurangnya dana.

BUKU-BUKU PELAJARAN PESANTREN

Buku-buku pelajaran yang dipakai di Pesantren pada umumnya buku-buku yang ditulis oleh A. Hassan (alm) dan beberapa diktat dari Abdul Qadir Hassan (alm), disamping buku-buku yang lain, dan ini khusus untuk pelajaran agama yang pokok.
Adapun untuk pelajaran umum, buku-bukunya tidak berbeda dengan buku-buku yang dipakai di sekolah umum.

TAMATAN PESANTREN

Setiap tahunnya pelajar yang sampai menamatkan pelajarannya tidak banyak. Rata-rata 25% di antara mereka berhenti sebelum selesai masa pendidikannya.
Di antara sebab-sebab mereka berhenti karena faktor ekonomi, tidak kerasan, melanggar peraturan Pesantren dll.
Pada umumnya mereka yang telah tamat melanjutkan pendidikannya di beberapa perguruan tinggi negeri/swasta antara lain IAIN, UII (Yogya), UNISBA (Bandung) dll.
Dan sebagian dari mereka ada juga yang bertugas sebagai Da’i di luar pulau Jawa seperti beberapa daerah di Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Madura (P. Sapeken) dan juga daerah-daerah yang terpencil lainnya.
Mereka bertugas itu atas jaminan dari Yayasan Perjalanan Haji Indonesia (YPHI), dan juga Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Di sampng itu ada juga dari mereka yang memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke luar-negeri terutama ke Timur Tengah.
Sebagian dari mereka yang telah menyelesaikan tugas belajarnya di luar-negeri, ikut aktif menyumbangkan tanaganya di Pesantren Persis sebagai pengajar.

PIMPINAN PESANTREN

Pesantren Persis pada mulanya dipimpin oleh para pengurus organisasi “Persis”, tetapi karena almarhum A. Hassan selalu aktif dalam Pesantren tersebut, akhirnya pimpinan diserahkan kepada beliau.
Setelah beliau wafat pada tanggal 10 Nopember 1958, pimpinan Pesantren diteruskan oleh putra sulungnya Abdul Qadir Hassan (alm).
Sekarang, sesudah beliau (Abdul Qadir Hassan) berpulang ke rahmatillah pada tanggl 25 Agustus 1984, pimpinan Pesantren diteruskan oleh salah seorang putranya Ghazie Abdul Qadir