Umat Islam Kabupaten Pasuruan memadati Masjid Jami’ Bangil saat KH. Abdul Qoyyum memberikan kajian keislaman pada Ahad, 27 Pebruari 2022. Di kesempatan berharga itu, komunikasi kemudian berkembang pada keinginan ulama’ asal Lasem, Rembang Jawa Tengah itu, bersilaturahim ke Pesantren Persis Bangil.
Gayung bersambut, keesokan paginya, Senin, 28 Pebruari 2022, diagendakan silaturahim. Mudir Pesantren Persis Bangil, Ustadz Hefzi, Lc., berkenan menjadi tuan rumah Silaturahim Keluarga Besar Pesantren Persis Bangil dengan salah satu cucu pendiri NU itu di ruang Perpustakaan Abdul Qadir Hassan.
Hadir pada kesempatan itu sejumlah tokoh dan ulama’ Bangil diantaranya Ustadz Munir Sokheh, Pesantren Darul Ihya’ Liulumiddin, Habib Muhammad Nizar BSA., Ketua Umum Forum Umat Islam Bersatu Pasuruan, Ustadz Muhammad Azhar Ridlwan, Mudir Pesantren Digital Muhammadiyah Pasuruan, Ustadz Suud Hasanudin, Ketua Pimpinan Wilayah Persatuan Islam Provinsi Jawa Timur, Ustadz Muhammad Nadir Umar, Direktur Klinik Ar Rahmah, Bangil, Ustadz Amien Syukroni, Lc., Ketua Takmir Masjid Manarul Islam Bangil, Ustadz Ahmad Yani, Ketua Takmir Masjid Al Hidayah Bangil, Ustadz Muhammad Nur Mu’minul Chair, Aktivis Da’wah, Sosial, dna Pendidikan Pasuruan, Ustadz Bahauddin, Wakil Mudir Bidang Pendidikan Pesantren Persis Bangil, Ustadz Ihab Hud, Ustadz Adnin Zahir, Ustadz Zulkhan, dan sejumlah tokoh lainnya.
Dalam pertemuan itu, Abdul Qoyyum mengatakan bahwa gerakan tajdid atau pembaharuan era tokoh-tokoh Islam semasa KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ustadz A. Hassan, dan lain sebagainya mereka saling melengkapi kekurangan masing-masing. “Dan tidak mungkin sempurna berjuang sendiri. Saling melengkapi”, ungkapnya. Senada dengan itu, Nadir menimpali, “Bahwa pengikat mereka adalah dengan ilmu”, lanjutnya singkat.
Ustadz Hefzi menjelaskan, ketika KH. Abdul Qoyyum mengkonfirmasi nama lengkap A. Hassan, bahwa ada kebiasaan di kalangan tertentu, nama ayahnya diletakkan di depan. Padahal sebenarnya, “Nama beliau Hassan bin Ahmad”, terangnya. Nama A. Hassan juga dikenal dengan sebutan Hassan Bandung, Hassan Maricar, Hassan Al Qahiri, dan A. Hassan Bangil.
Dalam kesempatan itu, KH. Abdul Qoyyum juga menjelaskan silatruahim dirinya dengan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia terjalin sudah lama. Bahkan Allahu yarham Ustadz M. Natsir pernah bermalam di rumah beliau, di Lasem, Rembang Jawa Tengah. Termasuk dengan sejumlah tokoh Al Irsyad juga terhubung dengan akrab. Dan ini menjadi sebuah isyarat bahwa “Persis perlu mengagendakan silaturahim ke Lasem”, seloroh Ustadz M. Nadir.
Beliau juga sempat menanyakan dokumentasi murasalah A. Hassan dengan para tokoh, termasuk dengan Ir. Soekarno. Dijelaskan Ustadz Suud Hasanudin, salah satu dokumen fisik yang pernah ditemukannya, adalah resi kiriman wesel dari Ir. Soekarno kepada Tuan A. Hassan. Namun sayang, saat diminta menunjukkan lembaran dimaksud, kemungkinan lembaran itu terserak dan tidak ditemukan kembali.
Beliau juga menyempatkan diri menelusuri deretan buku-buku koleksi perpustakaan Abdul Qadir Hassan, sehingga membuatnya tertarik untuk memfotocopy sejumlah buku koleksi perpustakaan. Hal itu kemudian disambut Ustadz Adnin Zahir yang akan menindaklanjutinya.
Ketika KH. Abdul Qoyyum akan berpamitan, atas inisiatif Habib Muhammad Nizar BSA sebelum pulang, berkenan beliau memberikan nasihat kepada umat Islam di Bangil khususnya yang hadir.
Diantara pesan beliau adalah kemuliaan seseorang itu karena taqwanya kepada Allah Ta’ala. Beliau juga berpesan bahwa kita memiliki kewajiban menjaga aqidah dan menjaga ukhuwah. Diantara umat Islam tidak saling menghujat. Bilamana ada kekurangan, kita saling menasehati dan saling menutupi. Selengkapnya nasehat beliau bisa disimak pada link berikut ini: https://www.facebook.com/joe.zulkhan/videos/396367245629969 #Tim Media Center Pesantren Persis Bangil
Tinggalkan Komentar