Dari berbagai daerah mereka datang untuk sebuah tujuan mulia, belajar. Para penimba ilmu tulus mengatur waktu mereka untuk berbagai aktivitas bersama maupun pribadi. Bimbingan dari para guru, pengasuh asrama, juga kakak kelas menjadi panduan dalam berkegiatan. Para penimba ilmu dari berbagai kalangan dan latar belakang kehidupan. Ada diantara mereka dari Nusa Tenggara Timur, tentunya membawa adat dan kebiasaan daerahnya. Demikian pula yang dari Denpasar, Papua Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, hingga Sumatera. Mereka masing-masing punya latar kebiasaan yang sangat beragam. Proses adaptasi para penimba ilmu sangat membutuhkan kesabaran.
Orang tua, guru, wali kelas, pengasuh asrama, juga kakak kelas secara pro aktif memberikan bimbingan dan pembinaan kepada para penimba ilmu yang baru melangkah di awal pendidikan di pesantren. Orang tua dengan doa dan rezeki terbaiknya terus mengalirkan energi positif kepada putra-putrinya yang sedang menimba ilmu. Para guru bersama-sama wali kelas membimbing serta mendidik dengan penuh ketulusan. Tim Pengasuh Asrama juga menggerakkan fungsi dan perannya dalam aktualisasi diri secara utuh dalam kehidupan keseharian. Bersama kakak kelas dan teman sebaya, berbaur, berinteraksi, dan bersosialisasi untuk membangun saling menghargai, menghormati, dan menyayangi diantara mereka.
Para penimba ilmu bersama-sama membangun kenyamanan di setiap waktu. Mengatur diri baik mental spiritual maupun hal-hal fisik mereka. Bekal yang ditanamkan orang tua dan para guru diterapkan dalam amal harian kehidupan bermasyarakat. Para penimba ilmu secara utuh memahami kehidupan yang sebenarnya. Ada rasa manis seperti madu yang menguatkan, pun demikian ada pahit seperti jamu yang juga akan menyehatkan. Baik pahit maupun manisnya hidup selalu berujung pada kebaikan. Itulah kenyataan hidup. Kalau kita benar dalam bersikap, maka kehadiran pahit dan manis selalu bernilai kebaikan.
Tinggalkan Komentar