Membangun Islam yang Berkemajuan
Oleh: Muhammad Royyan Falih
Santri Kelas 4 Pesantren Persatuan Islam Bangil – Asal Sidoarjo.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Pernahkah muncul di benak kalian? kalian mempertanyakan “Kenapa sih, negara yang sekuler yang tidak berkehidupan berasaskan nilai-nilai agama, bahkan negara komunis cenderung lebih maju dibanding negara-negara yang berlatar belakang sesuai dengan agama?” dan memang faktanya, negara dengan latar belakang hidup dengan dasar agama, perekonomian mereka tidaklah stabil bahkan cenderung mengarah kepada kemiskinan dan menjadi negara yang tertinggal, baik secara kemajuan infrastruktur dan kualitas sumber daya manusianya.
Sedangkan negara-negara sekuler, yang mereka memisahkan agama dari sistem pemerintahan negara, bahkan komunis yang mereka tidak beragama sama sekali, malah tumbuh dan berkembang pesat, hingga mereka menjadi negara paling maju peradabannya, dan berpengaruh dalam dunia di segala sektor, bahkan tak dapat dipungkiri, kita pun berkiblat kepada peradaban yang mereka ciptakan. sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Joseph Mccabe didalam bukunya yang berjudul “The Golden Age Of History”.
Kemudian muncul bantahan terkait hal tersebut “bagaimana negara-negara yang berada di Jazirah Arab seperti; Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, serta bangsa Arab lainnya?, bukankah mereka termasuk negara-negara yang maju?” Iya! mereka memang kaya, dikarenakan mereka memiliki sumber daya alam berupa minyak bumi. akan tetapi coba perhatikan sekarang! mereka mulai melonggarkan peraturan-peraturan negara yang berbasiskan agama, dan mulai merubah negara menjadi negara yang liberal. disebabkan cadangan minyak bumi yang mereka miliki mulai menipis.
Menarik bukan? mengapa hal tersebut bisa terjadi?. Baik mari kita bahas lebih lanjut!
Point pertama, kita akan membahas bagaimana suatu negara bisa dikatakan maju. Negara dapat dikatakan maju apabila ia memiliki dua hal. apa itu? yang pertama adalah memiliki kualitas sumber daya alam dengan kecerdasan intelektual (Intelegent Quotient) diatas rata-rata, hal ini dapat dilihat dari inovasi dan infrastruktur yang berkembang pesat di negara tersebut. dan yang kedua adalah, kecerdasan emosional (Emotional Quotient) yang mana hal tersebut dapat ditandai dengan tingkat kriminalitas yang minim, dan memiliki pendidikan karakter yang baik. maka kemudian muncul lah pertanyaan “untuk apa lagi kita menganut agama, baik itu Kristen, Islam, Hindu, dsb. Sedangkan semuanya sudah dapat dibuktikan secara sains dan perkembangan teknologi. Pun juga karakter dan moral manusia sudah bisa dikatakan baik?”
Baik, mari kita jawab. sebuah hal utama yang harus kita semua pahami adalah, “Tidak ada standar pendidikan moral dan karakter manusia yang baku atau sempurna, dan pada akhirnya manusia akan terjatuh pada karakter yang buruk juga”
Dapat kita buktikan, hingga hari ini, dunia barat di landa dengan krisis moralitas yang sangat luar biasa. dapat kita saksikan pelegalan hubungan sesama jenis atau biasa dikenal dengan LGBT di negara-negara Eropa, diperparah lagi dengan kampanye Childfree, dimana pasangan suami istri tidak mengharapkan untuk memiliki keturunan dengan alasan menjaga awet muda, dan kemudahan untuk mengejar karir dan kesuksesan. bahkan di Asia, Jepang sedang mengalami depopulasi penduduk yang disebabkan rakyatnya yang enggan memiliki keturunan. kemudian berdampak kepada tutupnya sekolah-sekolah.
Mengapa bisa terjadi demikian? bukankah tadi dikatakan bahwa mereka adalah negara-negara yang maju, dengan tingkat kualitas sumber daya manusia yang tinggi, baik kecerdasan intelektual maupun emosional?.
Disinilah kesalahan dan kegagalan terbesar negara-negara sekuler dan komunis dalam membangun peradaban mereka. mereka menbangun kecerdasan intelektual dan emosional tidak berdasarkan apa yang telah diajarkan agama. terkhususnya Islam. dan dimasa seperti ini kita perlu kembali kepada kecerdasan moral dan karakter yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah, suri tauladan yang baik.” (QS Al-Ahzab [33]:21)
dan juga pernyataan istri Rasulullah sendiri pun memperkuat hal itu. ketika Shahabat bertanya kepada Aisyah,
يَا أُمَّ المُؤمِنِينَ ! أَنبئِينِي عَن خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَت : أَلَستَ تَقرَأُ القُرآنَ ؟ قُلتُ : بَلَى .قَالَت : فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ القُرآنَ.
“Wahai Ibunda kaum orang-orang yang beriman! beritakanlah kepadaku perihal akhlaq Rasulullah Saw.! Aisyah menjawab: tidakkah kamu membaca Al-Qur’an? Aku berkata: Iya (aku membacanya). Aisyah berkata: Maka sungguh akhlaq Nabi Saw. adalah sebagaimana Al-Qur’an”.
Ikhwani wa Akhwati Fiillah,
Point keduanya adalah, untuk membangun Islam yang berkemajuan, maka berangkat dari dua hal ini;
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk memperbaik Akhlaq” (HR. Bukhari)
Dan kunci kemajuan peradaban Islam, adalah para pemudanya, kita semua! sebagai mana perkataan Syaikh Mustafa Ghulayn,
شَبَابُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ أِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمٍ حَيَاتُهَا
“Pemuda masa kini, adalah pemimpin dimasa mendatang, sesungguhnya pada tangan-tangan kalianlah urusan bangsa, dan dalam langkahmulah tertanggung masa depan bangsa”.
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Bismilah, Semoga bisa memberikan manfaat dan motivasi bagi pembaca.
Tinggalkan Komentar