Kali ini persisbangil.sch.id berkesempatan menyapa dua alumni Pesantren Persatuan ISlam (PPI) Bangil dari pulau garam dan pulau dewata. Pertama, beliau yaitu Ustadzah Ruhul Wahyuni, Kepala Asrama Putri Ma’had Al Ittihad Al Islami (MII), Camplong, Sampang Madura. Dalam sejarah hubungan PPI Bangil dan MII Camplong terbina sejak lama. Awal berdirinya pada 1992 sejumlah guru PPI Bangil ikut berperan merintis proses kegiatan di MII Camplong. Karena pendirinya, Bapak H. Ahmad Sutardjo (wafat 2001), mengirim putra-putrinya belajar di PPI Bangil.
Ustadzah Ruhul Wahyuni menyampaikan kesannya, diawali dengan rasa syukur, “Alhamdulillah”, ungkapnya. Ia menyatakan bahwa, “Selama enam tahun di (Pesantren) Persis Bangil merupakan periode untuk membentuk Karakter diri, mandiri (dan) Sabar”. Ia mengutip pepatah Arab yang berisi motivasi bahwa, “الصبر تعين كل شيء”, (Sabar itu membantu segala sesuatu), tambahnya.
Putri dari pendiri MII Camplong itu menyampaikan pesan agar para santri belajar semangat, “Buat anak-anakku yang masih di Pesantren, belajarlah dengan giat”, tegasnya. Ia melanjutkan pesannya dengan menitik beratkan kepada amanah, “(hal ini) yang merupakan amanah dari orang tua”, imbuhnya. Apa yang disampaikan beliau menjadi kekuatan do’a dan harapan agar para santri diberikan kemudahan dan kekuatan dalam mengkaji Dienul Islam. Redaksi mengucapkan terimakasih atas kesan dan pesan yang telah disampaikan.
Sebaris dengan Ustadzah Ruhul Wahyuni, kami juga menerima pesan tertulis yang dikirim oleh Ustadzah Rasyidah Hamid Abbas. Pendidik yang saat ini tinggal di Yogyakarta itu menyampaikan pesan yang ia tulis dengan penuh penghayatan, “Persis Bangil Pondok Pesantren yang mendidik dengan hati, Asatidzah wa Ustadzaat berperan menjadi sosok pengganti orangtua”, ungkapnya. Tentu pola interaksi yang dirasakannya itu membawa kesan baik di hati.
Beliau yang asli pulau dewata itu melanjutkan kesannya, “Apa yang saya rasakan dalam pengasuhan selama enam tahun melekat dalam memori dan tercatat dalam lubuk hati yang paling dalam”, sambungnya dan seakan mengantarkan kita ke suasana penuh keakraban antara murid dan guru tanpa jarak, begitu dekat. Ia melanjutkan kesannya, “Mereka tak hanya mengajar, tapi memberi cinta dan kasih sayang yang saat ini saya teladani dalam mendidik dan mengasuh santri di Kuttab Daarussalaam Yogya”, begitu tulis Ustadzah yang saat ini dengan rahmat Allah Ta’ala menjadi besan dengan Ustadzah Ruhul Wahyuni.
Adik kandung Ustadz Dr. Fauzi Hamid Abbas Basulthana berpesan, bahwa “Mengajar bukan masalah pekerjaan namun ini adalah Dakwah untuk memperbaiki generasi”, tegasnya memberi hikmah kepada kita agar tulus dalam membina generasi. Beliau mengakhiri tulisannya dengan memohon kepada Allah Ta’ala, “Dan semoga Allah memberi tempat yang mulia di jannah untuk semua asatidzah wa ustadzaat serta pesantren tetap berkibar Himmah ‘Aliyahnya sesuai cita-cita pendirinya”. Amin. #humas
Sebagai penuntut ilmu marilah kita terus membaca. Jangan merasa puas dgn ilmu yang sudah kita miliki.
Jazakallah khair yaa Ustadz.
Tinggalkan Komentar