Penceramah: Ustadz Ahsin Lathif
Bersyukur kepada Allah Ta’ala kalian berada di tempat ini. Berterimakasih kepada orang tua. In syaa Allah kalian akan pulang ke kampung halaman masing-masing.
Setelah kalian tiba di rumah, kalian akan berjumpa dengan bulan penuh keberkahan. Sesungguhnya ramadhan adalah bulan saat sebagian organ tubuh beristirahat.
Waktu Ramadhan penuh gembira merupakan gambaran keimanan seorang muslim. Betapa kegembiraan itu dirasakan semua makhluk. Pada saat Ramadhan semua tunduk dan disiplin dengan aturan berpuasa.
Bahkan orang kafir pun mendapat banyak manfaat saat umat Islam berpuasa. Misalnya, jasa ekspedisi yang mengalami lonjakan 500 persen dari bulan lain. Sehingga benefit yang dirasakan pengusaha ekspedisi yang kafir itu pun sangat melimpah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Allah Ta’ala memastikan keberkahan secara menyeluruh jika penduduk suatu negeri benar-benar beriman dan menjaga taqwa mereka. Para Nabi tentu berdoa untuk keberkahan untuk negeri yang mereka tempati. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memohon keberkahan di negeri Makkah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاِ ذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّا رْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ قَا لَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُ مَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗۤ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.””
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 126)
Dalam menjalankan shiyam Ramadhan dengan ihtisaban, yaitu tanpa pamer amal dan memperdengarkan kebaikan. Puasa kita jangan sampai terjerumus dalam sikap yang akan merugikan nilai ibadah puasa itu.
Muttaqin itu orang yang mampu menjaga diri dari apapun yang tidak dibenarkan agama. Puasa itu menjaga diri dari sesuatu yang telah ditentukan. Puncaknya adalah sampai pada hal ihwal yang syubhat pun akan ditinggalkan. Syaddudz dzari’ah, seperti sajian makanan di wilayah musyrikin. Ia tidak akan meremehkan makanan di warung. Ia akan berhati-hati memilih makanan di wilayah tersebut.
Resume Targhib Ramadhan
26 Maret 2022
Tim Media Center Persis Bangil
Tinggalkan Komentar