Menu
Info Pesantren
Sabtu, 22 Mar 2025
  • Putra: Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 223 - Gempeng - Telp. +62741932 | Putri: Jl. Pattimura No. 185 - Pogar - Telp. +62742891 | email: pesantrenpersisbangil@gmail.com | Bangil | Pasuruan | 67153 | Jawa Timur
  • Putra: Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 223 - Gempeng - Telp. +62741932 | Putri: Jl. Pattimura No. 185 - Pogar - Telp. +62742891 | email: pesantrenpersisbangil@gmail.com | Bangil | Pasuruan | 67153 | Jawa Timur

SHALAT BERJAMAAH BAGI WANITA

Terbit : Jumat, 30 Agustus 2024

Ada riwayat yang seakan-akan bertentangan antara “lebih afdhol (utama) perempuan shalat di rumah” atau “perempuan shalat di masjid”. Untuk menjelaskan kedua masalah tersebut kami sampaikan rangkaian masalah tersebut:

Pertama, pada dasarnya Sholat berjamaah lebih baik dari sholat munfarid (sendiri). hadis-hadis yang menjelaskan di antaranya:

[1]عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ عَلَى صَلَاةِ الرَّجُلِ وَحْدَهُ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً [رواه الترمذى: الصلاة: ماجاء فى فضل الجماعة: 199]

dari Ibnu Umar, ia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Shalat jamaah lebih utama dari shalat seorang diri dengan dua puluh tujuh derajat.” [HR. al-Tirmidzi, kitab as-Salah, bab maa ja`a fi fahdl al-jama’ah]

Sholat berjama’ah bisa dilaksanakan dimana saja, termasuk diantaranya di masjid. Dan Masjid adalah tempat paling identik untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Kedua, menuju Masjid dalam rangka menunaikan ibadah ada nilai fadhilahnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

[2]مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim, no. 666)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

[3]كُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ يُكْتَبُ لَهُ بِهَا حَسَنَةٌ وَيُمْحَى عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةٌ

“Setiap langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus kejelekan.” (HR. Ahmad, 2:283.

Ketiga, dilarang menghalangi perempuan ikut ke Masjid

[4]عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ [رواه مسلم: الصلاة: خروج النساء إلى المسجد إذا لم يترتب عليه فتنة: 668]

Artinya: dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Janganlah kalian melarang (mencegah) hamba-hamba perempuan Allah dari masjid-masjid Allah.” [HR. Muslim, kitab as-Salah, bab Khuruj an-Nisa ila al-masjid idza lam yatarattab ‘alaihi fitnah, hadis no. 668]

[5]عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ [رواه البخارى: الأذان: خروج النساء الى المسجد بالليل والغلس: 818]

Artinya: dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Apabila istri-istrimu meminta izin kepadamu untuk pergi ke masjid, maka izinkanlah mereka.” [HR. al-Bukhari, kitab; al-Adzan, bab; Khuruj an-Nisa`i ilaa al-masjid bi al-lail wa al-ghalas, hadis no. 818]

Keempat, tentang shalat perempuan di rumah lebih afdhal:

[6] عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ » [رواه أبو داود: ماجاء فى خروج النساء إلى المسجد: 567: الجلد 1: 222]

Artinya: dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Janganlah kalian melarang istri-istrimu (mendatangi) masjid-masjid, sedang (shalat di) rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” [HR. Abu Dawud, bab Maa ja`a fi khuruj an-Nisa`i ilaa al-masajid, hadis no. 567, jilid 1, hal. 222]

[7] عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ «صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا» [رواه أبو داود :الصلاة: التشديد فى ذلك: 482]

Artinya: dari Abdullah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Shalat perempuan di rumahnya lebih utama daripada shalat perempuan di kamar (pribadi)-nya dan shalatnya di kamar yang kecil dalam rumahnya lebih utama daripada di (ruangan lain) di rumahnya.” [HR. Abu Dawud; kitab as-Shalah, bab at-Tasydid fi Dzalik. Hadis no. 482]

[8]عَنْ أُمُّ سَلَمَة زَوْجُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: خَيْرُ مَسَاجِدِ النِّسَاءِ قَعْرُ بُيُوتِهِنَّ. [صحيح ابن خزيمة ومسند أحمد]

Artinya: Diriwayatkan dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Sebaik-baiknya tempat shalat perempuan adalah di dalam rumah mereka”. [Sahih Ibnu Khuzaimah, bab; Ikhtiyar shalat al-mar`ah fi baitiha, juz 3 hal 92, hadis no. 1678, dan Musnad Ahmad, jilid 6, hal. 301]

Dari hadis-hadis di atas dan yang semakna dengannya, memberi kesan bahwa pelaksanaan sholat bagi perempuan di rumah lebih baik ketimbang sholat di masjid. Musthafa al-Adawy di dalam kitab Jami’ Ahkam an-Nisa (at-Thaharah wa as-Shalat wa al-Janazah), juz 1 hal. 299 menjelaskan bahwa hadis Ummu Salamah ini merupakan tambahan penguat dari hadis-hadis lain semakna yang menjelaskan shalat perempuan di rumahnya lebih utama daripada shalatnya di masjid.

Mengingat selain hadis keutamaan sholat berjamaah terlebih jika itu dilakukan di masjid ada pahala setiap langkah seorang menuju masjid, sebagaimana disebut pada hadis no 2 dan 3.

[2]مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

[3]كُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ يُكْتَبُ لَهُ بِهَا حَسَنَةٌ وَيُمْحَى عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةٌ

Dan pada kenyataanya para wanita pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ikut sholat berjamaah, sebagaimana yang diceritakan dalam riwayat Imam al Bukhori:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الْفَجْرَ فَيَشْهَدُ مَعَهُ نِسَاءٌ مِنْ الْمُؤْمِنَاتِ مُتَلَفِّعَاتٍ فِي مُرُوطِهِنَّ ثُمَّ يَرْجِعْنَ إِلَى بُيُوتِهِنَّ مَا يَعْرِفُهُنَّ أَحَدٌ [رواه البخارى: الصلاة: فى كم تصلى المرأة فى الثياب: 259]

Artinya: dari Aisyah berkata; “Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan shalat fajar (subuh), maka perempuan-perempuan mukmin ikut menghadiri shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menutup kepala dan mereka kembali ke rumah-rumah mereka tanpa seorangpun melihatnya.” [HR. al-Bukhari, kitab as-Salah, bab fii kam tushallii al-mar`ah fi as-siyab, hadis no. 259]

Tentu tidak benar keutamaan sholat berjamaah telah dihilangkan semata-mata dengan  keutamaan sholat sendirian di rumah bagi wanita berdasar hadis yang ada. tentulah kalau memang sholat di rumah bagi wanita itu lebih afdhol dari pada sholat berjamaah, pastilah para shohabiyah tidak akan keluar untuk ikut sholat berjamaah dimasa Nabi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kalaulah itu tidak baik pastilah Nabi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan membiarkan. Bahkan dalam riwayat lain melarang menghalangi perempuan shalat berjamaah di masjid, sebagaimana disebutkan pada hadis no 4, 5, sebagai berikut:

[4]عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ [رواه مسلم: الصلاة: خروج النساء إلى المسجد إذا لم يترتب عليه فتنة: 668]

[5]عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ [رواه البخارى: الأذان: خروج النساء الى المسجد بالليل والغلس: 818]

Dari beberapa hadis di atas dapat kami pahami bahwa hadis-hadis tersebut baik yang menjelaskan shalat perempuan di rumah lebih utama daripada shalat di masjid dan hadis tentang larangan bagi laki-laki untuk mencegah perempuan ke masjid dalam rangka shalat berjamaah, juga hadis-hadis keutamaan sholat berjamaah, semuanya dapat diterima sebagai dalil dan tidak bertentangan satu sama lainnya.

Keutamaan sholat berjamaah berlaku pada laki-laki, dan perempuan, dimasjid, dan di luar masjid. demikian juga keutamaan mendatangi sholat berjamaah di masjid berlaku pada laki-laki dan perempuan.

Laki-laki dilarang untuk menghalang-halangi perempuan pergi ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah. Imam an-Nawawi dalam kitab Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa hadis ini dan hadis-hadis yang semakna dengannya menunjukkan bahwa perempuan tidak dilarang untuk mendatangi masjid (untuk melakukan shalat) akan tetapi dengan memperhatikan beberapa hal, misalnya dengan tidak memakai wangi-wangian yang berlebihan, menggunakan pakaian yang menutup aurat, tidak ikhtilat dengan kaum pria, yang bisa menimbulkan fitnah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ وَلَكِنْ لِيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلَاتٌ [أبو داود: الصلاة: ماجاء فى خروج النساء إلى المسجد: 478]

Artinya: Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami, Hammad telah menceritakan kepada kami, diriwayatkan dari Muhammad bin ‘Amr, diriwayatkan dari Abu Salamah, diriwayatkan dari Abu Hurairah, sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah (menghadiri) masjid-masjid Allah, akan tetapi hendaklah mereka keluar dengan tanpa memakai wangi-wangian.” [HR. Abu Dawud, kitab as-Salah, bab Maa ja`a fii khuruj an-Nisa’ ilaa al-Masjid, hadis no. 478]

Jika hal-hal yang dilarang tidak dapat dihindari, maka lebih utama bagi wanita shalat di rumah. dan jika hal-hal yang dilarang dapat dihindari, maka lebih utama bagi wanita melakukan shalat berjamaah di masjid, dan wajib bagi suami untuk mengizinkannya.

Yang menjadi pertimbangan adalah ketika ada pilihan maslahat (kebaikan) dan mafsadat (bahaya atau keburukan) ada di satu waktu, yang mesti dipilih dilakukan adalah menghindari mafsadat dahulu. mengingat kaidah fiqih yang berbunyi:

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

“Menghilangkan kemudharatan itu lebih didahulukan daripada Mengambil sebuah kemaslahatan.”

Madhorot dan dosa jangan sampai menyertai ruanglingkup ibadah. dosanya itu yang mesti dihilangkan, bukan ibadah dan keutamaanya yang diabaikan atau ditinggalkan.

Artikel Lainnya

Oleh : P4P PUSZIE

SEKOLAH SETENGAH HARI

Oleh : PERSATUAN PELAJAR PERSIS PUTRA

VISIT TO LAMONGAN

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar