Aktivitas da’i santri di lokasi pengabdian umat in syaa Allah selalu mendatangkan manfaat. Karena prinsip yang dipegang adalah ‘Terbaik diantara manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama’. Dalam gambar da’i santri Burhanudin, asal Sidoarjo nampak mengajarkan al Qur’an kepada seorang bocah. Burhan yang kehilangan kedua orang tuanya saat meluasnya kasus covid-19, tetap bersemangat melanjutkan amanah orang tua belajar di pesantren. Ia tentu sangat yakin, bahwa diantara tanda baiknya seseorang karena siap belajar dan mengajarkan al Qur’an.
Mengutip muslim.or.id, dijelaskan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Di antara pemahaman yang salah dalam memahami hadis di atas adalah membatasi golongan manusia yang layak disebut sebagai orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya hanyalah sebatas orang yang mempelajari dan mengajarkan huruf dan lafadz Al-Qur’an, Tajwid dan ilmu Qiro`ahnya semata! Ini adalah sebuah keyakinan yang salah!
Ketika seseorang meyakini keyakinan yang salah ini, maka sangat memungkinkan ia akan merasa cukup bila sudah menguasai ilmu Tajwid dan Qiro`ah atau sudah hafal Al-Qur’an, maka bisa jadi ia akan berhenti ataupun malas dari melanjutkan mempelajari tafsir Al-Qur’an, memahami makna dan penjelasan kandungannya, baik berupa aqidah yang shohihah, ibadah, akhlak karimah serta hukum-hukum Syari’at.
Karena ia merasa sudah mengamalkan hadits belajar Al-Qur’an ini, guna meraih derajat yang terbaik!
Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah telah menjelaskan :
فالقرآن الكريم نزل لأمور ثلاثة: التعبد بتلاوته، وفهم معانيه والعمل به
“Al-Qur’an itu diturunkan untuk tiga tujuan : beribadah dengan membacanya, memahami makna dan mengamalkannya”
Lihatlah, di sini Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah menunjukkan tiga perkara yang menjadi tujuan diturunkannya Al-Qur’an, tentunya ketiga perkara ini sama-sama pentingnya, sama-sama baiknya, sama-sama menjadi tujuan diturunkannya Al-Qur’an!
Pertama dari tujuan tersebut adalah beribadah kepada Allah dengan membacanya, tentunya membacanya dengan tajwid dan ilmu Qiro`ah,
Kedua, memahami makna atau tafsirnya,
Ketiga, mengamalkannya.
Maka -misalnya- ketika seseorang baru meraih salah satu dari tiga perkara itu dengan baik, berarti baru meraih sepertiga dari tujuan diturunkannya Al-Qur’an! Janganlah berhenti sampai di situ saja, teruskan meraih dua perkara yang lainnya.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullahu setelah membawakan hadits di atas, lalu menjelaskan maknanya:
وتعلم القرآن وتعليمه يتناول تعلم حروفه وتعليمها , وتعلم معانيه وتعليمها
Mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya mencakup:
وهو أشرف قسمي تعلمه وتعليمه , فإن المعنى هو المقصود , واللفظ وسيلة إليه ,
Yang terakhir inilah (yaitu no.2, pent.) merupakan jenis mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya yang paling mulia, karena makna Al-Qur’an itulah yang menjadi tujuan yang dimaksud, sedangkan lafadz Al-Qur’an adalah sarana untuk mencapai maknanya.
فتعلم المعنى وتعليمه تعلم الغاية وتعليمها
Maka mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya (hakekatnya) adalah mempelajari dan mengajarkan tujuan.
وتعلم اللفظ المجرد وتعليمه تعلم الوسائل وتعليمها
sedangkan mempelajari dan mengajarkan lafadz semata (hakekatnya) adalah mempelajari dan mengajarkan sarana
وبينهما كما بين الغايات والوسائل “
Dan (perbandingan) diantara keduanya seperti perbandingan antara tujuan dan sarana.
Oleh karena itu, pantaslah jika dua orang yang masyhur disebut sebagai pakar Tafsir di kalangan Sahabat, yaitu: Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dan selain keduanya, berpandangan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil dan mentadabburi (merenungi) maknanya -walaupun sedikit jumlah Ayat Al-Qur’an yang dibacanya- lebih utama daripada orang yang cepat dalam membaca Al-Qur’an, sehingga banyak jumlah Ayat Al-Qur’an yang dibacanya, namun tanpa mentadabburi maknanya.
Di zaman Al-Fudhail rahimahullah pun sudah dijumpai adanya orang yang di dalam mengamalkan Al-Qur’an lebih kepada “sebatas membacanya semata”, padahal sesungguhnya mengamalkan Al-Qur’an lebih luas daripada sekedar membacanya saja, karena dalam Al-Qur’an terdapat aqidah, ibadah, mu’amalah dan hukum-hukum Islam yang tertuntut untuk kita amalkan.
Berkata Al-Fudhail rahimahullah menuturkan fenomena yang beliau lihat di masanya :
إنما نزل القرآن ليعمل به ، فاتخذ الناس قراءته عملا
“Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan, namun ternyata ada saja orang yang menjadikan (sebatas) membacanya sebagai sebuah bentuk pengamalannya”,
Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah setelah membawakan perkataan Al-Fudhail di atas, bertutur :
فأهل القرآن هم العالمون به والعاملون بما فيه، لا بمجرد إقامة الحروف
“Ahlul Qur’an, mereka adalah orang-orang yang mengetahui maknanya dan mengamalkan isinya, bukan hanya sekedar melafadzkan huruf-hurufnya dengan benar.”
Semoga Allah menjadikan kita termasuk kedalam barisan orang-orang yang terbaik di masyarakat kita, Aamiin.
Wallahu a’lam.
Sumber: https://muslim.or.id/56281-hadits-belajar-alquran.html
Tinggalkan Komentar